Monday 29 June 2015

Be Yourself

Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah mengungguli sesama, melainkan mengungguli diri sendiri, memecahkan rekor kita sendiri, mengungguli hari kemarin dengan hari ini, bekerja dengan semangat lebih besar dari yang sudah-sudah. (Steward B. Johnson)

Suatu hari, Ekor Ular dan Kepala Ular bertengkar. "Hei, Kepala! Kenapa kamu yang selalu ada di depan dan aku hanya mengikutimu dari belakang? Ini tidak adil!" protes Ekor Ular. "Aku punya mata, tentu saja aku yang memimpin untuk maju," kata Kepala Ular. "Jika bukan karena gerakanku, bagaimana kamu bisa maju? Tanpa aku, kamu tidak bisa berbuat apa-apa!" bentak Ekor Ular." "Aku bisa pergi ke mana pun aku suka. Kamu tidak bisa melakukan apa-apa," lanjut Kepala Ular. Ekor Ular marah, ia melilitkan dirinya pada sebuah pohon dengan erat. "Ayo, sekarang bergeraklah jika kamu bisa," ujar Ekor Ular. "Aku akan bergerak tanpa peduli apa yang kamu lakukan," kata Kepala Ular sambil terus bergerak. Kepala Ular menarik dan terus berusaha berjalan dengan kekuatannya. Namun seberapa pun ia telah berusaha, ia tetap tidak dapat bergerak sedikit pun. Akhirnya ia menyerah. "Baiklah, kamu menang! Kamu boleh memimpin untuk maju." Sejak itu, Ekor Ular bergerak memimpin. Namun Ekor Ular tidak punya mata, akibatnya badan ular sering menabrak apapun sehingga badannya berdarah-darah. "Baiklah Kepala, aku menyerah. Kamu saja yang di depan. Ternyata, kita memang punya tugas sendiri-sendiri," ucap Ekor Ular.

Ya, setiap orang memang punya panggilannya masing-masing. Ada yang terpanggil menjadi pemimpin, namun tidak sedikit pula yang dipanggil menjadi orang yang dipimpin. Bila semua orang hanya ingin menjadi atasan, lalu siapa yang akan bertugas membawa minuman, membersihkan ruangan, atau mencari klien di luar? Namun kadang kita tidak mengerti dengan prinsip ini, kita hanya ingin menjadi pimpinan, karena berpikir bahwa menjadi bos itu enak, tidak usah bersusah-susah, diberi fasilitas lengkap, dan gaji yang menjulang. Tapi tahukah kita apa yang menjadi tanggung jawab mereka? Bisakah kita mengambil keputusan yang benar di saat perusahaan sedang genting? Mampukan kita memimpin rapat direksi, mempersentasikan ide-ide kita kepada orang banyak sehingga itu bisa dipakai untuk kemajuan bersama? Kalau mau jujur, kita akan berkata bahwa kita tidak sanggup. Atau kerap kali kita ingin mendapat tugas seperti teman kerja lain, yang selalu bisa keluar kantor untuk melobi ke sana-sini, bisa ke mall setiap saat, bisa menikmati makanan enak dan dibayar oleh perusahaan, sementara kita bosan senantiasa bekerja di belakang meja. Tetapi apakah kita tahu, ternyata teman kita itu justru menginginkan posisi kita, yang dapat bekerja nyaman di ruang ber-AC, tidak perlu menunggu klien yang tidak on time, tidak harus menghadapi macet yang menggila? Kita yang sebagai mata, ingin menjadi seperti ekor, tangan, kaki, kepala. Namun apakah kemampuan kita memadai untuk itu?



Hari ini, berhentilah menginginkan untuk menjadi seperti orang lain. Setiap orang punya masalahnya masing-masing, bahkan memiliki tugas yang berbeda-beda. Jika kita memahami hal ini, maka kita pun akan berhenti melihat kehebatan-kehebatan orang lain, kita tidak akan mau lagi menyimpan rasa diri di hati, bahkan kita tidak akan pernah membanding-bandingkan diri kita dengan yang lain. Mengapa? Karena jika teman, sahabat, rekan kerja, punya kemampuan yang hebat, kita pun memilikinya. Dalam bukunya, Temukan Sweet Spot Anda, Max Lucado menulis, "Jangan kuatir akan keahlian-keahlian yang tidak Anda miliki. Jangan menginginkan kekuatan-kekuatan yang dipunyai orang lain. Anda hanya perlu mengembangkan keunikan Anda. Dan lakukanlah itu untuk membuat perkara besar bagi Tuhan." Ya, yang perlu kita lakukan adalah melihat diri kita lebih dalam, melihat potensi-potensi kita, keunikan kita, hal-hal yang tidak dipunyai kebanyakan orang. Lalu latih dan terus kembangkan sehingga menjadi titik kuat kita. Maka dengan itu kita pun dapat meraih banyak hal dalam hidup ini. Percayalah, Anda tidak akan pernah mengenal potensi terbaik diri Anda sendiri, jika Anda hanya berusaha untuk menjadi seperti orang lain.




Jadi, hari ini buatlah sebuah keputusan, "Saya tidak mau lagi menaruh iri dengan pencapaian orang lain. Karena rasa iri tidak akan membawa kebaikan bagi saya. Iri hati bukan hanya menyakiti orang lain, tapi menyakitiku. Aku tahu ke mana pun aku melangkah, selalu ada saja orang-orang yang lebih hebat, lebih kaya, lebih berhasil, lebih pintar dariku. Jadi, daripada aku membuang energi untuk terus-menerus iri dan membandingkan diri dengan mereka, lebih baik aku memaksimalkan seluruh potensi yang Tuhan beri."
Share:

0 komentar:

Post a Comment