Allah swt berfirman di
dalam Q.S Al Insyirah 94 : 5 – 6 yang berbunyi sebagai berikut
فَإِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا [٩٤:٥]إِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا [٩٤:٦]
Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,---
sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.
Para sahabat semuanya
terjemahan srt Al Insyirah dari ayat 1 – 4 itu merupakan gambaran kehidupan Nabi saw untuk dijadikan contoh oleh kita
semua, agar kita bisa mengerti bahwa kalau kita selalu dekat dengan Allah swt,
maka Allah swt pun akan lebih dekat dengan kita. Apabila kita selalu mengingat
Allah, maka Allah pun akan selalu mengingat kita. Kalau kita selalu memuji dan
mengagungkan Allah, maka Allah pun akan memuliakan kita. Apabila Allah sudah
dekat dengan diri kita maka Dia akan memberikan rezki secara tiba-tiba kepada
kita yang datang tidak tahu dari arah mana maksudnya tidak akan terjangkau oleh
fikiran kita.
Sekarang mari kita
perhatikan sebagian tanda-tanda kebesaran Allah swt yaitu Dia memasukkan malam
kepada siang dan memasukkan siang kepada malam, Dia yang menghidupkan yang mati
dan mematikan yang hidup. Di dalam kehidupan pun sama tidak selamanya kita akan
hidup susah, suatu saat kita akan hidup bahagia. Dan tidak selamanya kita hidup
bahagia, suatu saat kita akan hidup sengsara. Oleh karena itu jangan mengeluh
saja tentang kehidupan , kita harus yakin bahwa suatu saat akan berubah , tidak
akan seperti itu terus, akan tetapi ada syaratnya yaitu kita selalu tetap
berusaha, berikhtiar. Masalah rezki serahkan kepada Allah swt ,karena Dia lah
yang menentukan besar kecilnya rezki yang kita dapat.
Oleh karena itu Allah
swt menjelaskan dengan sebenarnya sampai kalimat itu diulang dua kali
menandakan bahwa kita semua harus bisa memahami kenapa harus diulang dua kali,
padahal satu kali pun sudah bisa dipahami yaitu “sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan “ dan ini
pun bisa dibalik di dalam kehidupan ini janganlah kecil hati, janganlahkita
putus asa karena ”sesungguhnya sesudah kemudahan itu ada kesulitan” artinya kita jangan lengah enak saja
menikmati berbagai macam kemudahan, karena suatu saat kita akan menghadapi
kesulitan.
Apabila kita menjumpai
suatu kesulitan, lalu kesulitan itu kita hadapi dengan tekad yang sungguh-sungguh, selalu berusaha dengan
sekuat tenaga dengan mencurahkan akal fikiran kita semaksimal mungkin untuk
melepaskan diri dari kesulitan tersebut dengan tekun ,dibarengi dengan
kesabaran, dan tidak mengeluh atas keterlambatan datangnya kemudahan, maka kemudahan
itu pasti akan tiba. Akan tetapi apabila hal tersebut dihadapinya dengan sikap
sebaliknya maka ketemunya adalah sumpah serapah, mengumbar omongan kesana
kemari, selalu marah-marah, selalu menyalahkan orang lain atau terjadinya hal
itu karena perbuatan orang lain yang sentiment, yang akhirnya putus asa
========================================================================
Seringkali kita
berputus asa tatkala mendapatkan kesulitan atau cobaan. Padahal Allah
telah memberi janji bahwa di balik kesulitan, pasti ada jalan keluar
yang begitu dekat.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. An Nasyr: 5) Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. An Nasyr: 6)
Mengenai ayat di atas, ada beberapa faedah yang bisa kita ambil:
Pertama: Di balik satu kesulitan, ada dua kemudahan
Kata al usr (kesulitan) yang diulang dalam
surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al usr dalam ayat pertama sebenarnya
sama dengan al usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan
isim marifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah
dalam bahasa Arab, Jika isim marifahdiulang, maka kata yang kedua sama
dengan kata yang pertama, terserah apakah isim marifah tersebut
menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ahdiyah. Intinya, al usr
(kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al usr (kesulitan) pada ayat
kedua.
Sedangkan kata yusro (kemudahan) dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua.
Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena
keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang tidak diawali alif
lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, Secara umum, jika isim
nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang
pertama. Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang.[1] Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan.
Dari sini, para ulama pun seringkali mengatakan, Satu kesulitan tidak
akan pernah mengalahkan dua kemudahan. Asal perkataan ini dari hadits
yang lemah, namun maknanya benar[2]. Jadi, di balik satu kesulitan ada
dua kemudahan.
Note: Mungkin sebagian orang yang belum pernah mempelajari bahasa
Arab kurang paham dengan istilah di atas. Namun itulah keunggulan orang
yang paham bahasa Arab, dalam memahami ayat akan berbeda dengan orang
yang tidak memahaminya. Oleh karena itu, setiap muslim hendaklah
membekali diri dengan ilmu alat ini. Di antara manfaatnya, seseorang
akan memahami Al Quran lebih mudah dan pemahamannya pun begitu berbeda
dengan orang yang tidak paham bahasa Arab. Semoga Allah memberi
kemudahan.
Kedua: Akhir berbagai kesulitan adalah kemudahan
Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As Sadi mengatakan, Kata al usr (kesulitan) menggunakan alif-lam
dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini
menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan
adalah kemudahan.[3] Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran, Badai
pastilah berlalu (after a storm comes a calm), yaitu setelah ada
kesulitan pasti ada jalan keluar.
Ketiga: Di balik kesulitan, ada kemudahan yang begitu dekat
Dalam ayat di atas, digunakan kata maa, yang asalnya bermakna
bersama. Artinya, kemudahan akan selalu menyertai kesulitan. Oleh karena
itu, para ulama seringkali mendeskripsikan, Seandainya kesulitan itu
memasuki lubang binatang dhob (yang berlika-liku dan sempit, pen),
kemudahan akan turut serta memasuki lubang itu dan akan mengeluarkan
kesulitan tersebut.[4] Padahal lubang binatang dhob begitu sempit dan
sulit untuk dilewati karena berlika-liku (zig-zag). Namun kemudahan akan
terus menemani kesulitan, walaupun di medan yang sesulit apapun. Allah
Ta’ala berfirman,
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. Ath Tholaq: 7)
Ibnul Jauziy, Asy Syaukani dan ahli tafsir lainnya mengatakan,
Setelah kesempitan dan kesulitan, akan ada kemudahan dan kelapangan.[5]
Ibnu Katsir mengatakan, Janji Allah itu pasti dan tidak mungkin Dia
mengingkarinya.[6] Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
Bersama kesulitan, ada kemudahan.[7] Oleh karena itu, masihkah ada keraguan dengan janji Allah dan Rasul-Nya ini?
Rahasia Mengapa di Balik Kesulitan, Ada Kemudahan yang Begitu Dekat
Ibnu Rajab telah mengisyaratkan hal ini. Beliau berkata, Jika
kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang
hamba akan menjadi putus asa dan demikianlah keadaan makhluk yang tidak
bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia pun menggantungkan hatinya pada
Allah semata. Inilah hakekat tawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang
menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah
sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. (QS. Ath Tholaq: 3).[8] Inilah rahasia yang
sebagian kita mungkin belum mengetahuinya. Jadi intinya, tawakkallah
yang menjadi sebab terbesar seseorang keluar dari kesulitan dan
kesempitan.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang yang sabar dalam
menghadapi setiap ketentuan-Mu. Jadikanlah kami sebagai hamba-Mu yang
selalu bertawakkal dan bergantung pada-Mu. Amin Ya Mujibas Saa-ilin.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Begitu nikmat setiap hari dapat menggali faedah dari sebuah ayat. Semoga hati ini tidak lalai dari mengingat-Nya.
====================================================================
Bersumber dari beberapa referensi, aku muat bukan hanya sebagai isian blog namun sebagai introspeksi diriku akan semua yang terjadi selama ini.
Saat ini, hanya penyesalan "kok begini kug begitu, harusnya aku keak gini,, bla,bla,bla". Saling menyalahkan, trauma melihat TKP dimana barang tersebut terakhir diletakkan.. Huwaaa... hal semacam rasa bersalah terhadap orang-orang yang telah memberikan kepercayaan, terasa langsung sirna. Bagaimana aku harus mengubah ketakutan ini menjadi waspada, bijaksana, siaga, dan keep smile.
Dilihat dari sisi lain, apa yang kurang dari sikap dan perbuatanku di dunia selama ini? Apa ini bentuk peringatan? Pertanyaan ini menghantui hingga tidurpun tak nyenyak. Apa kurang shodaqoh ya?
Pada pemikiran lain, musibah ini berkaitan dengan harta. Harta itu sifatnya dunia. Harta bisa dicari. Alhamdulillah, Allah mengingatkan dalam bentuk lain. Bukan dalam bentuk sakit, tapi bentuk hilangnya sesuatu yang kita miliki dan terpakai dalam sehari-hari.
Terima kasih Ya Allah..
Insya Allah, kejadian kemarin sore menjadi pelajaran bagi kami sekeluarga.
===IKHLAS===
===IKHTIAR===